Monday, June 14, 2010

Aku Butuh Sedikit Waktu Lagi

Kepingan kaca mobil beterbangan, menyayat muka dan seluruh badanku, gemuruh suara mesin yang saling bertabrakan menggema memecah keheningan dalam pikiranku, yang dalam hati yang sangat bangga, memiliki seorang anak yang telah menjadi musisi terkenal dan menjadi orang yang mampu mengejar cita-citanya. Tiba-tiba, sebuah truk menghantam mobil yang ku kendarai dengan gugup, karena pertana kalinya bagiku, mendatangi konser musik anakku. Hantaman mukut truk itu membuatku terjungkal ke depan menghaujamkan mukaku ke setir mobil bututku.



Aku menjadi teringat segala  kejadian, semua perlakuanku pada anakku, semua luapan kemarahanku padanya setelah aku stres di kantor tiap harinya. Aku menjadi teringat pada anakku, yang ku asuh dengan keras sejak kecil, yang ku didik agar menjadi anak yang terpelajar. Aku membesarkannya dengan cara yang sangat keras, karena kami hanya hidup berdua, aku pun ,emjadi orang yang gampang stres dan pemarah. Aku memarahinya ketika dia salah, aku memukulnya ketika dia membantah. Aku melakukan itu semua, karena aku sayang padanya. Aku ingin dia menjadi anak yang baik, aku ingin dia menjadi orang yang bisa membantu perekonomian keluarga kami.


Aku selalu memarahi dan membentaknya, ketika dia pulang dari sekolah tidak langsung pulang, tapi dia bermain musik dulu dengan teman-temannya. Aku benar-benar memukulnya setiap dia tampil di panggung setiap malam, hingga paginya baru pulang ke rumah. Aku tidak ingin mempunyai anak yang urakan dan tidak terkendali. Bahkan pernah mengusirnya dari rumah karena hobinya itu.


Tapi kini aku sadar, selama ini aku yang salah, aku salah dalam mendidiknya. Seharusnya aku mendukung setiap langkahnya, mendidiknya dengan melangkah bersamanya, memberi support pada apa yang dia inginkan. Mengarahkannya untuk memnggapai apa yang dia impikan, menjadikannya orang yang hebat dengan didikan orang tua yang seharusnya. Aku menyesal dengan semua perlakuanku selama ini. Aku sadar, semua cara yang telah ku tempuh, tidak membuat dia menjadi anak yang baik, malah dia akan menjadi anak yang benci pada orang tuanya, dan menjadi semakin tidak terkendali.


Ingin rasanya ku kembali saat dia masih kecil. Ingin sekai ku membimbingnya dengan penuh kasih sayang. Ingin sekali ku menasihatinya dengan lembut. Ingin sekali ku bernyanyi bersamanya tiap waktu sibukku bekerja. Aku ingin memberinya kejutan saat kita bertemu, dan akhirnya tibalah saat yang tepat. Aku harus mendatangi konser musik terbesarnya dan memberikan ucapan selamat, dan memberikan beberapa hadiah atas prestasinya. Aku ingin meminta maaf atas semuanya, aku ingin dia benar-benar tahu, bahwa aku mencintainya.


Tapi itu semua sudah terlambat, itu semua tiada berarti lagi. Hantaman setir kepada wajahku membuatku tak bisa lagi mengatur emosiku, tak bisa mengatur lagi nafasku, dan tak bisa lagi mengatur detak jantungku. Membawaku pada titik perpisahan pada anakku. Aku butuh sedikit waktu lagi, sedikit detik lagi, untuk menyatakan, bahwa aku sangat menyayangimu, anakku.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...